KORAN - PIKIRAN RAKYAT - Penyesuaian harga eceran tertinggi (HET) elpiji tabung 3 kilogram di tingkat pangkalan dilakukan di Kota Bandung secara bertahap, sesuai arahan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pada tahap pertama, harga gas 3 kilogram menjadi Rp 19.000 terhitung mulai 16 Juni 2025.
Seorang pedagang warung nasi di kawasan Tegallega, Wasmiati mengaku kaget dengan kenaikan harga gas 3 kilogram, yang mencapai Rp 1.500 dibandingkan harga sebelumnya yang biasa dia beli. Meski begitu, dia tetap membelinya demi kelangsungan usaha makanan miliknya.
"Iya, tadi pagi naik harganya. Saya juga kaget, biasanya beli Rp 18.000 tadi jadi Rp 19.500. Tiap hari saya selalu beli gas 3 kg minimal tiga tabung dari agen buat masak. Gasnya diantarkan setiap pagi, jadi memang sedikit lebih mahal," kata Wasmiati.
Meskipun meratapi kenaikan harga gas 3 kilogram, dia mengakui bahwa tidak akan menaikkan harga makanan yang dijualnya. "Enggak naik, harganya tetap sama, tapi kalau harga-harga yang lain ikut naik ya terpaksa makanan yang dijual juga ikut naik harganya," katanya.
Kenaikan harga gas 3 kilogram tersebut, menurut dia, awalnya tidak diketahui banyak orang, sehingga sebagian orang memborong gas yang masih dijual dengan harga lama di warung-warung. "Warung sebelah itu masih jual Rp 22.000, tapi jadi Rp 25.000 setelah tahu harga gas naik," katanya.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung Ronny Ahmad Nurudin memastikan, penyesuaian HET gas 3 kilogram di tingkat pangkalan berlangsung aman dan terkendali.
Menurut dia, stok gas 3 kilogram tersedia dalam jumlah yang sangat mencukupi. Selain itu, Ronny menyatakan bahwa Disdagin telah menyiapkan langkah-langkah antisipatif agar tidak terjadi kepanikan di masyarakat.
"Pelaksanaan penyesuaian (HET gas 3 kilogram) ini dilakukan serentak di daerah-daerah di Bandung Raya," katanya, Senin 16 Juni 2025.
Ronny menjelaskan, pelaksanaan penyesuaian HET gas 3 kilogram di tingkat pangkalan didasarkan pada Keputusan Wali Kota Bandung Nomor 540.11/Kep.823-Disdagin/2025. Aturan itu mengatur tentang HET elpiji tabung 3 kilogram di tingkat pangkalan di Kota Bandung.
Awalnya, ungkap Ronny, penyesuaian harga direncanakan mulai berlaku pada 1 Mei 2025, tetapi akhirnya diputuskan pada 16 Juni 2025. Keputusan itu dibuat berdasarkan hasil rapat yang dilakukan Disdagin Kota Bandung bersama Dinas Perdagangan lainnya di wilayah Bandung Raya.
Rapat tersebut juga melibatkan Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas). Selain itu, dinamika di lapangan juga menjadi pertimbangan dalam memberlakukan penyesuaian HET gas 3 kilogram di tingkat pangkalan mulai 16 Juni 2025.
Setelah HET gas 3 kilogram menjadi Rp 19.000 per tabung, kata dia, nantinya evaluasi akan dilakukan pada triwulan ketiga untuk menilai dampaknya terhadap inflasi. Jika inflasi tetap terkendali, penyesuaian tahap kedua akan diberlakukan pada Oktober 2025 dengan HET sebesar Rp 19.600.
Namun, jika belum memungkinkan, maka tahap kedua akan ditunda hingga Mei 2026. Menurut Ronny, penyesuaian harga tersebut merupakan hal yang wajar karena sudah 10 tahun atau sejak 2015 HET gas 3 kilogram di Kota Bandung tidak berubah, yakni Rp 16.600 per tabung.
"Penyesuaian dilakukan untuk menjaga margin yang wajar di tingkat pangkalan serta mempertimbangkan daya beli masyarakat. Beberapa daerah tetangga kawasan Bandung Raya bahkan telah lebih dulu menyesuaikan harga, seperti Kabupaten Sumedang, Sukabumi, dan Cianjur," katanya.
Ronny menyampaikan, stok gas 3 kilogram di Kota Bandung saat ini sangat mencukupi. Dari alokasi Kota Bandung pada 2025 yang mencapai 89.118 metrik ton atau sekitar 29,7 juta tabung, hingga Mei realisasi distribusinya ialah 37.187 metrik ton atau sekitar 12,4 juta tabung.
"Masyarakat tidak perlu khawatir. Justru penyesuaian ini dilakukan serentak agar tidak terjadi perbedaan harga yang terlalu jauh antar wilayah, yang bisa menyebabkan elpiji dari daerah yang harganya rendah mengalir ke daerah yang harga tingginya, sehingga dapat mengganggu stok," katanya.***
(Eva Fahas, Hendro Husodo)